GLOBALISASI KOMUNIKASI DAN TUNTUTAN DAKWAH BERMEDIA

Titin Yenni

Sari


Perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia yang ditandai dengan menjamurnya radio (publik, swasta dan komunitas), juga tumbuhnya industri televisi, baik televisi lokal maupun televisi nasional, ini semua merupakan tantangan bagi juru dakwah untuk mampu memenuhi formasi wajah media massa kita. Dalam konteks pewamaan program siaran dakwah di media massa, ada pertanyaan yang layak disimak, sudahkah juru dakwah mampu mewujudkan dakwah bermedia secara profesional? Langkah antisipatif di atas perlu ditempuh karena masih sangat terbatasnya media dakwah yang berbasis media massa. Dengan gerakan terpadu sebagai jawaban atas kekurangan pelaksanaan dakwah selama ini, diharapkan aktifitas dakwah di media massa ke depan tidak mengalami kesenjangan antara kepemilikan media dakwah berbasis media massa dengan kemampuan juru dakwah melakukan dakwah di media massa. Gerakan sistematis yang dibangun media massa, juga dapat dilihat dalam kasus robohnya gedung pusat perdagangan dunia WTC (world trade center] kebanggan milik bangsa Amerika yang dihantam dua pesawat komersial milik Amerika sendiri pada 11 September 2001 lalu. Tindakan serangkaian pemboman di Indonesia termasuk kasus paling spektakuler adalah bom Bali II. Lagi lagi opini publik merujuk pada gerakan Islam yang tidak diuntungkan. Nama Usamah bin Laden, Dr. Asahari, Imam Samudra dan Amrozi, untuk sekedar contoh, adalah sejumlah nama yang tidak diuntungkan dengan berbagai peristiwa kekerasan ini. Dengan kemampuan media massa, tragedi kemanusiaan paling spektakuler dan sangat mengerikan tersebut dapat diakses secara cepat oleh masyarakat internasional.

Teks Lengkap:

PDF

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.