DINAMIKA PABRIK TEH SLAWI DAN PERANNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SLAWI (1942—1968)

Abstract

Sejak dulu kala, Indonesia telah dikenal sebagai wilayah yang memiliki potensi sumber daya alam yang
luar biasa. Wilayah yang secara topografi mendapat curah hujan tinggi, suhu, ketinggian tanah serta
faktor lainnya menyebabkan banyak hasil alam yang tumbuh subur di Indonesia. Teh adalah salah
satunya, merupakan tanaman yang berasal dari tanah Tiongkok yang kemudian dibudidayakan hingga
menjadi tanaman yang dilirik untuk tanaman komoditas ekspor. Dalam perjalanan sejarahnya, perkebunan
teh salah satunya di wilayah Bogor pada awalnya berkembang setelah dilakukan uji coba penanamannya
di Kebun Raya Bogor, areal sekitar Istana atau tempat peristirahatan Gubernur Jendaral pada abad ke-17.
Pada saat itu tanaman teh dibawa ke Hindia Belanda dan ditanam di areal pekarangan rumah Gubernur
Jendral di Bogor, setelah penanaman teh tersebut berhasil, barulah kemudian tanaman teh mulai ditanam
di beberapa daerah di Jawa, khususnya di wilayah Bogor sebagai tanaman komoditi perdagangan. Teh ini
pula yang menginspirasi pengusaha-pengusaha lokal Slawi untuk mendirikan pabrik pengolahan teh
karena melihat kebiasaan masyarakat setempat yang gemar minum seduhan teh.Teh Slawi menjadi
kebanggaan yang bukan hanya kebanggaan masyarakat setempat tetapi teh Slawi ini terkenal hingga ke
luar wilayah Slawi bahkan ke luar Jawa. Teh Slawi yang telah menjadi ikon wilayah tersebut, di sana
berdiri beberapa pabrik teh yang telah memberikan kontribusi terhadap keikutsertaan masyarakat sekitar
untuk bekerja di pabrik-pabrik itu. Diantaranya yaitu Pabrik Teh Gopek, Poci, Dua Tang, dan sebagainya
yang secara tidak langsung pabrik-pabrik itu menggerakkan dinamika sosial dan ekonomi masyarakat
setempat dan sekitarnya. Masyarakat dapat memperoleh penghasilan dengan bekerja di pabrik teh tersebut
dan mempengaruhi tingkat kesejahteraan hidup masyarakat Slawi dan sekitarnya.