https://jurnal.um-palembang.ac.id/syifamedika/issue/feedSyifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan2023-09-30T12:08:50SE Asia Daylight Timedr. Indriyani, M.Biomedindriyani.dr_ump@yahoo.comOpen Journal Systemshttps://jurnal.um-palembang.ac.id/syifamedika/article/view/5776Perbedaan Hasil Pemeriksaan Hb Elektroforesis dengan One Tube Fragile Osmotic Test pada Pasien Talasemia di RSUD Majalaya2023-09-30T11:58:50SE Asia Daylight TimeClarissa Putri Diarsaputriclarissa1@gmail.comYekti Hediningsihputriclarissa1@gmail.comNabil Hajarputriclarissa1@gmail.com<p>Indonesia merupakan salah satu negara dengan kasus talasemia cukup tinggi. Perlu dilakukan skrining untuk menghentikan atau mengurangi angka kejadian talasemia, antara lain salah satunya menggunakan pemeriksaan Hb elektroforesis dan <em>One Tube Fragile Osmotic Test. </em>Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian <em>cross-secti</em><em>onal</em>. Penelitian dilakukan di RSUD Majalaya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien yang pernah melakukan pemeriksaan Hb elektroforesis menurut data rekam medis di RSUD Majalaya sejumlah 24 pasien. Data yang digunakan adalah rekam medis Hb Elektroforesis dan data hasil pemeriksaan <em>One Tube Fragile Osmotic Test</em><strong>. </strong>Uji statistik menggunakan uji<em> Chi-square</em>. Hasil yang didapatkan menunjukan sebanyak 11 sampel (91,7%) dengan hasil pemeriksaan Hb Elektroforesis talasemia menunjukan hasil positif pada OTFOT dan sebanyak 1 sampel (8,3%) dengan hasil pemeriksaan Hb Elektroforesis talasemia tetapi menunjukan hasil negatif pada OTFOT. Ada pula didapatkan 9 sampel (75%) dengan hasil Hb elektroforesis yang menunjukan tidak talasemia dengan OTFOT positif dan 3 sampel ( 25 %) didapatkan hasil pemeriksaan Hb elektroforesis tidak talasemia dengan OTFOT negatif. Hasil uji <em>Chi-square</em> dengan <em>p-value </em>0,590 (<em>p</em>>0.05) menunjukan tidak ada perbedaan antara hasil pemeriksaan Hb elektroforesis dengan hasil pemeriksaan<em> One Tube Fragile Osmotic Test.</em></p>2023-09-30T11:36:54SE Asia Daylight TimeCopyright (c) 2023 Clarissa Putri Diarsahttps://jurnal.um-palembang.ac.id/syifamedika/article/view/5867HUBUNGAN SCREEN TIME DENGAN DRY EYE PADA MAHASISWA KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG2023-09-30T11:58:50SE Asia Daylight TimeYuyun Ayu Safitriyynysftr@gmail.comWahju Ratna Martiningsihwahjuratna@unimus.ac.idSwasty Swastyswasty@unimus.ac.idAndra Novitasariandranovitasari@unimus.ac.id2023-09-30T11:36:54SE Asia Daylight TimeCopyright (c) 2023 Yuyun Ayu Safitri, Wahju Ratna Martiningsih, Swasty Swasty, Andra Novitasarihttps://jurnal.um-palembang.ac.id/syifamedika/article/view/5736Potensi Small Interference RNA (SiRNA) Inhalasi dalam Menghambat Replikasi Dan Transkripsi SARS-Cov-22023-09-30T12:08:50SE Asia Daylight TimePutri Mahirah Afladhantiputrimahirah2022@gmail.comFara SyafiraFarasyafira928@gmail.comRaehan Satya Deanasaraehansatyad@gmail.com<p><em>Coronavirus Disease</em> <em>2019</em> (COVID-19) adalah penyakit menular disebabkan oleh <em>Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus </em>2 (SARS-CoV-2) yang menginfeksi sistem pernapasan, pencernaan, dan saraf dengan penularan yang cepat dan mortalitas cukup tinggi. Namun, hingga saat ini belum ada terapi khusus untuk mengobati COVID-19. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa <em>small interference RNA</em> (siRNA) diketahui memiliki efikasi yang baik mengobati infeksi virus DNA dan RNA. Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk mengetahui potensi inhalasi siRNA dalam menghambat replikasi dan transkripsi SARS-CoV-2. Literatur dicari menggunakan mesin pencari seperti <em>Google Scholar</em>, <em>Science Direct</em>, <em>ResearchGate</em>, dan <em>National Centre for Biotechnology Information</em> (NCBI). Kriteria inklusi dan eksklusi digunakan untuk mengeliminasi jurnal yang tidak berhubungan sehingga diperoleh 46 jurnal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siRNA berpotensi menghambat replikasi dan transkripsi SARS-CoV-2 melalui pendekatan <em>gene silencing</em>. siRNA memiliki keunggulan seperti ketahanan ekspresi, efek penghambatan spesifik, efisiensi pada konsentrasi lebih rendah, dan toksisitas rendah. Penggunaan PEG-AuNP sebagai sistem penghantaran siRNA secara inhalasi dapat menurunkan toksisitas dan meningkatkan konsentrasi siRNA. Oleh karena itu, terapi siRNA melalui inhalasi berbasis PEG-AuNP <em>carrier</em> perlu dipertimbangkan untuk terapi COVID-19. Studi klinis lebih lanjut mengenai sistem pengiriman yang ideal dan dosis optimal siRNA berbasis PEG-AuNP melalui inhalasi untuk COVID-19 diperlukan.</p>2023-09-30T11:36:55SE Asia Daylight TimeCopyright (c) 2023 Putri Mahirah Afladhanti, Fara Syafira, Raehan Satya Deanasahttps://jurnal.um-palembang.ac.id/syifamedika/article/view/5165BADAI ELEKTRIK: DIAGNOSIS DAN MANAJEMEN2023-09-30T11:58:50SE Asia Daylight TimeSidhi Laksonosidhilaksono@uhamka.ac.idLidya Pertiwi Suhandokolidyasuhandoko@gmail.com<p>Badai elektrik (BE) didefinisikan sebagai terjadinya tiga atau lebih episode aritmia ventrikel dalam 24 jam. Penting untuk mengetahui dan mengidentifikasi cara mendiagnosis dan tatalaksana pasien BE karena sering muncul sebagai keadaan darurat medis. BE terjadi terutama pada pasien usia lanjut dan laki-laki. BE dapat muncul dengan berbagai gejala seperti sinkope, gagal jantung, henti jantung, atau terapi ICD multipel (pemacu dan/atau shock anti-takikardia berulang). Beberapa pemeriksaan penunjang seperti EKG, elektrolit dan Transthoracic Echocardiogram (TTE) mampu membantu mengidentifikasi BE dan penyebabnya. Pada BE dengan keadaaan hemodinamik tidak stabil, perlu disiapkan cardiac life support dengan resusitasi jantung-paru yang efektif dan dilakukan defibrilasi emergensi bila diperlukan. Perlu dipertimbangkan untuk dilakukan sedasi dan ventilasi pada pasien yang sulit ditangani. Selain itu terapi farmakologis seperti beta-bloker, amiodaron dan sotalol dapat membantu menghentikan aritmia ventrikel. Terapi definitif BE adalah ablasi kateter ,pilihan terapi lain yang tersedia adalah modulasi sistem autonomik, dan <em>Stereotactic Body Radiation Therapy</em> (SBRT) dan dapat digunakan pada BE refrakter. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa pasien dengan BE memiliki prognosis yang lebih buruk dan tingkat kematian yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak mengalami BE sehingga tinjauan pustaka ini bertujuan untuk membahas diagnosis, penanganan dan prognosis dari BE.</p>2023-09-30T11:36:56SE Asia Daylight TimeCopyright (c) 2023 Sidhi Laksono, Lidya Pertiwi Suhandokohttps://jurnal.um-palembang.ac.id/syifamedika/article/view/5848TINJAUAN TERKINI COVID-19 PADA MATA DAN KULIT2023-09-30T11:58:50SE Asia Daylight TimeBella Patricia Simanjorangbellpatrc@gmail.comMargaretha Nathaniania.toemali@gmail.com<p>Pandemi COVID-19 telah mengakibatkan banyak morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Virus SARS-CoV2 terutama menular lewat droplet pernafasan, dan masuk ke tubuh menusia berikatan dengan reseptor Angiotensin-converting enzyme II (ACE2) melaui protein spike. Beberapa studi menemukan bahwa COVID-19 mungkin juga dapat menular melalui organ mata dan kulit, karena reseptor ACE2 yang juga terdapat di dalamnya. COVID-19 memiliki manifestasi yang bervariasi pada mata dan kulit, baik sebagai gejala awal penyakit atau gejala yang muncul selama rawat inap. Alat pelindung diri (APD) dan vaksinasi telah banyak digunakan dengan tujuan menghentikan penyebaran infeksi virus, dan sejumlah efek samping pada mata dan kulit telah dilaporkan dalam literatur. Tinjauan pustaka ini bertujuan memberikan telaah terkini dari manifestasi klinis serta komplikasi pencegahan dan vaksinasi COVID-19 pada mata dan kulit.</p>2023-09-30T11:36:56SE Asia Daylight TimeCopyright (c) 2023 Bella Patricia Simanjorang, Margaretha Nathania