DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA ALERGI OBAT
Abstract
Penggunaan obat memiliki risiko terjadinya reaksi simpang obat yang disebut dengan “Adverse Drug Reaction” (ADR). Reaksi simpang obat didefinisikan sebagai reaksi yang tidak diinginkan atau merugikan akibat penggunaan suatu obat yang terjadi pada dosis tertentu. Reaksi simpang obat dapat dibedakan menjadi tipe A dan tipe B yang dipengaruhi oleh farmakogenetik dan reaksi hipersensitivitas. Reaksi simpang obat tipe A diantaranya adalah toksisitas obat (drug overdose), efek samping umum obat, efek sekunder, dan interaksi obat. Reaksi simpang obat tipe B diantaranya adalah alergi dan hipersensitifitas. Reaksi hipersensitif dapat dibedakan menjadi reaksi tipe I, II, III, dan IVa, IVb, IVc, IVd. Penegakan diagnosis alergi obat harus dilakukan dengan anamnesis lengkap, pemeriksaan fisik dan penunjang seperti skin testing dan laboratorium. Prinsip pengobatan alergi obat yaitu dengan menghentikan segera pemberian obat yang dicurigai dapat menimbulkan gejala. Tatalaksana alergi obat dapat diberikan secara non-farmalokogis seperti desensitisasi dan secara farmakologis yang bersifat suportif dan simptomatis. sering dijumpai over diagnosis atau under diagnosis dalam kejadian alergi obat dan berdampak buruk pada kualitas hidup pasien. Berdasarkan latar belakang diatas, tinjauan kepustakaan ini ditulis untuk meningkatkan pemahaman mengenai mekanisme terjadinya alergi obat sehingga dapat menegakan diagnosis dan tatalaksana alergi obat yang tepat.