FORMASI SPASIAL PERMUKIMAN KUMUH KOTA STUDI KASUS: PERUBAHAN POLA RUANG BERMUKIM PADA LAHAN DI JALAN SERSAN SANI PALEMBANG

Irma Indriani

Sari


Permukiman kelompok di kota-kota di Indonesia banyak berkembang secara tidak terencana dan kumuh. Pertumbuhan permukiman seperti ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, selain angka pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi, yaitu ruang yang terbatas, waktu dan kemiskinan. Tidak adanya akses dan kemampuan mendapatkan tempat lain dan kelayakan ruang, penghuni permukiman berusaha bertahan dan mengelola lahan dan material yang terbatas agar memenuhi kebutuhan tempat tinggal mereka.
Kasus perkembangan lahan bermukim di jalan Sersan Sani memperlihatkan bagaimana penghuni sebagai pelaku (agent) akan tertahan untuk bertindak bila ada ketimpangan struktural (kondisi negatif yang tereproduksi), dalam hal ini berbentuk keterbatasan ekonomi. Bila dibiarkan mereka akan menyesuaikan diri dalam kondisi yang sama lalu situasi tersebut akan terus berulang dipraktikkan sebagai bagian rutinitas hidup mereka.
Dari kajian ini disimpulkan permukiman kumuh di kota muncul sebagai jalan keluar kelompok marjinal menciptakan ruang tinggal dan pendukung kegiatan ekonomi mereka. Penataan permukiman kumuh seharusnya melibatkan partisipasi penghuni agar peningkatan kualitas bermukim akan dapat berkelanjutan.

Kata Kunci


permukiman kumuh; penghuni; struktur masyarakat; ruang

Teks Lengkap:

PDF (English)


DOI: https://doi.org/10.32502/arsir.v1i1.855

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.


Indexed by:

   

Arsir : Jurnal Arsitektur is lisenced under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

 
View My Stats