KEJADIAN SKABIES BERDASARKAN PEMERIKSAAN DERMOSKOP, MIKROSKOP DAN SKORING DI PONDOK PESANTREN AL ITTIFAQIAH

Miftahurrizqiyah Miftahurrizqiyah, Gita Dwi Prasasti, Chairil Anwar, Dwi Handayani, Dalilah Dalilah, Indah Astri Aryani, Ahmad Ghifari

Abstract


ABSTRAK

 

Skabies merupakan penyakit kulit akibat arthopod, spesies Sarcoptes scabiei, dengan gejala klinis berupa rasa gatal dan lesi polimorfik berupa eritem, papul, nodul, atau pustula. Penyakit tular ini berhubungan dengan rendahnya higienitas perorangan dan kebiasaan bertukar barang. Faktor lain yang berperan yaitu rendahnya sosial ekonomi dan sanitasi lingkungan. Skabies memiliki prevalensi tinggi di negara tropis dan berkembang, salah satunya Indonesia. Pesantren merupakan tempat potensial bagi transmisi penyakit kulit, terutama skabies, karena memiliki lingkungan tempat tinggal yang padat. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain potong lintang dan dilakukan pada bulan Oktober hingga Desember 2018. Data diambil dari semua santri yang menderita penyakit skabies. Prevalensi skabies sebesar 112 (4,4%) dengan jumlah subjek terbanyak berjenis kelamin perempuan 78 (69,6%). Lesi skabies positif secara dermokopis terdapat pada 53 subjek (47%), sedangkan positif secara mikroskopis sebanyak 19 subjek (17%). Skabies yang masih terdiagnosis mencerminkan rendahnya tingkat sanitasi dan higienitas para santri dalam mencegah penyakit kulit menular seperti skabies.

 

 

 

ABSTRACT

 

Scabies is a skin disease due to arthopod, a species of Sarcoptes scabiei, with clinical symptoms of itching and polymorphic lesions in the form of erythema, papules, nodules, or pustules. This contagious disease is associated with low personal hygiene and habits of exchanging goods. Other factors that play a role are low socioeconomic and environmental sanitation. Scabies has a high prevalence in tropical and developing countries, one of which is Indonesia. Pesantren is a potential place for the transmission of skin diseases, especially scabies, because it has a dense residential environment. This research is a descriptive cross-sectional design and was conducted in October to December 2018. Data were taken from all students suffering scabies. The prevalence of scabies was 112 (4.4%) with the highest number of female subjects was 78 (69.6%). Dermocopically positive scabies lesions were found in 53 subjects (47%), while microscopically positive were 19 subjects (17%). Scabies that are still diagnosed reflect the low level of sanitation and hygiene of students in preventing infectious skin diseases such as scabies.

 

Keywords : skin disease, scabies, pesantren.


Keywords


Penyakit Kulit, Skabies, Pesantren

References


Engelman D, Kiang K, Chosidow O, McCarthy J, Fuller C, Lammie P, et al. 2013. Toward the global control of human skabies: introducing the international alliance for control of skabies. PLoS Neglected Tropical Disease. 7(8): e2167.

Amelia U. dan Sety LOTL. 2018. Hubungan pengetahuan, personal hygiene dan penyediaan air bersih dengan kejadian skabies di wilayah kerja Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe tahun 2017. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat. 3(2): pp. 1–13.

Ridwan AR, Sahrudin, Ibrahim K. 2017. Hubungan pengetahuan, personal hygiene, dan kepadatan hunian dengan gejala penyakit skabies pada santri di Pondok Pesantren Darul Muklisin Kota Kendari 2017. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat. 2(6): pp. 1–8.

Arisandi Y, Anwar C, Salni, Purnama DH, Novrikasari, Ghiffari A. 2018. The dominant factors of scabies incidence in two islamic boarding school students, South Sumatera, Indonesia. E3S Web of Conferences. 68: 01018.

Walter B, Heukelbach J, Fengler G, Worth C, Hengge U, Feldmeier H. 2011. Comparison of dermoscopy, skin scraping, and the adhesive tape test for the diagnosis of skabies in a resource-poor setting. Archives of Dermatology. 147(4): pp. 468–473.

Putri SGDA. 2016. Hubungan kualitas udara dan kebersihan diri terhadap kejadian skabies di tempat tinggal santri Pondok Pesantren Al Ittifaqiah Indralaya. [Tesis]. Universitas Sriwijaya, Palembang.

Liu JM, Wang HW, Chang FW, Liu YP, Chiu FH, Lin YC, et al. 2016. The effects of climate factors on scabies. A 14-year population-based study in Taiwan,. Parasite. 23: p. 54.

Novyana RM. 2017. Hubungan infestasi skabies dengan kualitas tidur pada anak di Panti Asuhan Kemiling Bandar Lampung. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Hicks MI dan Elston DM. 2009. Skabies, Dermatologic Therarpy. 2: pp. 279-292.

Kurniati ZI dan Listiawan MY. 2014. Kesesuaian gambaran klinis patogenesis infestasi skabies dengan kepositifan pemriksaan derrmoskop dan kerokan kulit. Berkala Ilmu Kulit dan Kelamin. 26: pp. 14-21.

Currie BJ dan McCarthy JS. 2010. Permethrin and ivermectin for scabies.The New England journal of medicine. 362(8): pp. 717–725.

Atikah D. 2012. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS). Yogyakarta: Nuha Medika.

Notoadmojo. 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Ep.2. Jakarta: Rineka Cipta.

Windi NIH. 2014. Hubungan karakteristik, faktor lingkungan, dan perilaku dengan kejadian skabies di pondok pesantren darul amanah desa kabunan kecamatan sukorejo kabupaten kendal. [Skripsi]. Universitas Dian Nuswantoro. Medan.

Hay RJ, Steer AC, Engelman D dan Walton. S. scabies in the developing world—its prevalence, complications, and management. Clin Microbiol Infect 2012; 18: pp. 313–23




DOI: https://doi.org/10.32502/sm.v10i2.1972

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2020 gita dwi prasasty

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

   

Statistic counter 

sinta4